SHARE
Home > News > F & B > Warkop Buatan Orang Indonesia Ada di Swiss, Pelanggan Bisa Belajar Bahasa Indonesia

Warkop Buatan Orang Indonesia Ada di Swiss, Pelanggan Bisa Belajar Bahasa Indonesia

01 March 2021 08:33 WIB Omnia Coffee

Warung kopi atau coffee shop tidak sekedar menjadi tempat ngopi saja tapi menjadi tempat yang asyik untuk ngobrol, nongkrong, atau tempat terciptanya persahabatan. Hal itu pun yang didapat di Omnia Coffee, sebuah kedai kopi buatan wanita asal Semarang di Stauffacherstrasse 105, Zurich, Swiss.

Melansir Kompas, kedai kopi yang berada di kawasan Helvetiaplatz ini bukan hanya jadi sekedar tempat membeli kopi tapi juga ada kehangatan antar barista dan pelanggannya. Pelanggan tidak hanya sekedar memesan, membeli, dan pergi, tapi ada percakapan ringan tentang cuaca, kopi, bahkan tentang Indonesia kerap menjadi suasana sehari-hari.

"Yang datang kemari, bukan sekadar ingin ngopi. Tapi juga ingin tahu, bagaimana kopi hangat ini sampai di tangannya," ujar Alista Oksanti seperti yang dikutip dari Kompas pada Selasa (23/2/2021).

Alista memang membuat kopi jenis robusta atau arabika, namun kopi tersebut bukan cuma sekadar kopi biasa, lho.

"Namun semua dari Indonesia, di-roasted-nya juga di sana," ungkapnya.

Ada beberapa bungkus kopi asal Bali, Toraja, Sumatera, hingga Flores yang terdapat di kafe miliknya tersebut.

"Konsumen bisa memilih cappucino atau caffe latte, tapi bahan kopinya tetap dari Nusantara," katanya.

Omnia Coffee merupakan kedai kopi Indonesia pertama yang ada di Swiss, Alista bersama suami dan anaknya fasih berbahasa Indonesia. (Kompas/Krisna Diantha)

Alista mengatakan bahwa melalui kopi-kopi tersebut mengalir berbagai percakapan antara barista dengan pelanggannya, bahkan dirinya mengaku terharu bila ada orang Swiss yang bersusah payah berbicara dengan bahasa Indonesia. Bahkan tak jarang ada beberapa pelanggan yang lancar berbicara bahasa Indonesia.

Dirinya pun mengatakan bahwa Omnia Coffee memang dibuat untuk hal seperti itu, percakapan terjadi melalui secangkir kopi. Tak jarang akhirnya percakapan merambah ke luar hal perkopian, namun biasanya tetap mengarah ke Indonesia.

"Barista tidak hanya dituntut menyajikan kopi dengan kualitas terbaik, namun juga bisa menceritakan asal muasal secangkir kopi hangat di tangan pelanggan," jelasnya.

Alista pun tidak sendirian dalam mendirikan kedai kopi ini, dirinya ditemani sang suami, Martin Ponti, seorang pria asal Swiss yang memang sudah 20 tahun menggeluti dunia kopi Indonesia. Selain menguasai kopi Indonesia luar dalam, dirinya pun lancar berbahasa Indonesia, lho.

"Saya pernah bekerja di perusahaan kopi di Indonesia, bagian quality control," ucapnya. Martin merupakan seorang pemegang sertifikasi Q Grade Expert, ahli kopi kasta paling tinggi.

"Swiss mampu menciptakan mesin kopi kelas dunia, namun umumnya mereka meminum kopi dari mesin full otomatis," ujarnya. Martin mengibaratkan jika di Indonesia seluruh rumah punya rice cooker, maka di Swiss seluruh rumah memiliki mesin kopi.

Baca Juga : Cokelat Asli Indonesia ini Mampu Bersaing di Tingkat Internasional!

Martin Ponti merupakan seorang pemegang sertifikasi Q Grade Expert, ahli kopi kasta tertinggi. (Kompas/Krisna Diantha)

Namun menurutnya agar kenikmatan secangkir kopi dapat diresapi, semua bahan harus diracik dengan seksama. Martin bahkan menimbang setiap serbuk kopi yang digerus, sebelum diseduh air panas, mengukur kadar susu, hingga bisa menciptakan cappucino yang manis tanpa menggunakan gula.

"Memang mesin kopi yang ada di rumah-rumah Swiss sekarang sudah bagus, semua sudah diukur otomatis. Namun kalau mau optimal ya harus tahu bagaimana meraciknya," jelas Martin.

Dirinya pun siap membagikan ilmunya bagi pelanggan yang ingin tahu lebih dalam tentang bagaimana meracik secangkir kopi.

"Saya akan memberikan kursus dair penikmat kopi amatiran, sampai menjadi barista profesional," katanya.

Martin bahkan sudah menyiapkan mulai dari mesin roasting kopi, hingga memasuki tahap akhir menjadi secangkir kopi. Mesin roasting kopinya pun buatan Bali dan dibawa langsung ke Swiss, jadi bukan hanya kopinya tapi mesin roastingnya pun juga dari Tanah Air.

Baca Juga : And.Or Cafe Roastery: Bisa Ngopi Sambil Belajar Bisnis!

Namun pandemi Covid-19 menimpa hampir seluruh sektor kehidupan bahkan juga menimpa Omnia Coffee. Imbasnya Martin dan Alista harus menerapkan coffee to go sehingga barista dan pelanggan tidak bisa berbincang terlalu lama.

Seluruh restoran atau cafe di Swiss yang buka pun hanya dapat melayani take away. "Begitu juga di sini, hanya bisa pesan dan dinikmati di luar," jelas Alista.

Produk kuliner khas Indonesia memang kurang berhasil di Swiss, khususnya di bidang gastronomi, tak sedikit restoran yang sempat berdiri namun tak bertahan lama dan bangkrut.

"Bisnis restoran dan sejenisnya bukan hal mudah di Swiss, apalagi sekarang ini ada lockdown," ujar Alista.

Namun wanita yang sudah berpengalaman bekerja di berbagai hotel bintang lima di Jakarta ini mengaku optimis dengan Omnia Coffe terlebih sejak melihat perkembangannya setelah dibuka selama sekitar tiga minggu ini. (Andrew)

Baru Dibuka

Glory Petshop - Alam Sutera

, Tangerang, Banten, 15143

Buka pukul 09:30 - 21:00 Tutup

Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong

Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!
Home > Blog > F & B > Warkop Buatan Orang Indonesia Ada di Swiss, Pelanggan Bisa Belajar Bahasa Indonesia

Warkop Buatan Orang Indonesia Ada di Swiss, Pelanggan Bisa Belajar Bahasa Indonesia

01 March 2021 08:33 WIB
Omnia Coffee

Warung kopi atau coffee shop tidak sekedar menjadi tempat ngopi saja tapi menjadi tempat yang asyik untuk ngobrol, nongkrong, atau tempat terciptanya persahabatan. Hal itu pun yang didapat di Omnia Coffee, sebuah kedai kopi buatan wanita asal Semarang di Stauffacherstrasse 105, Zurich, Swiss.

Melansir Kompas, kedai kopi yang berada di kawasan Helvetiaplatz ini bukan hanya jadi sekedar tempat membeli kopi tapi juga ada kehangatan antar barista dan pelanggannya. Pelanggan tidak hanya sekedar memesan, membeli, dan pergi, tapi ada percakapan ringan tentang cuaca, kopi, bahkan tentang Indonesia kerap menjadi suasana sehari-hari.

"Yang datang kemari, bukan sekadar ingin ngopi. Tapi juga ingin tahu, bagaimana kopi hangat ini sampai di tangannya," ujar Alista Oksanti seperti yang dikutip dari Kompas pada Selasa (23/2/2021).

Alista memang membuat kopi jenis robusta atau arabika, namun kopi tersebut bukan cuma sekadar kopi biasa, lho.

"Namun semua dari Indonesia, di-roasted-nya juga di sana," ungkapnya.

Ada beberapa bungkus kopi asal Bali, Toraja, Sumatera, hingga Flores yang terdapat di kafe miliknya tersebut.

"Konsumen bisa memilih cappucino atau caffe latte, tapi bahan kopinya tetap dari Nusantara," katanya.

Omnia Coffee merupakan kedai kopi Indonesia pertama yang ada di Swiss, Alista bersama suami dan anaknya fasih berbahasa Indonesia. (Kompas/Krisna Diantha)

Alista mengatakan bahwa melalui kopi-kopi tersebut mengalir berbagai percakapan antara barista dengan pelanggannya, bahkan dirinya mengaku terharu bila ada orang Swiss yang bersusah payah berbicara dengan bahasa Indonesia. Bahkan tak jarang ada beberapa pelanggan yang lancar berbicara bahasa Indonesia.

Dirinya pun mengatakan bahwa Omnia Coffee memang dibuat untuk hal seperti itu, percakapan terjadi melalui secangkir kopi. Tak jarang akhirnya percakapan merambah ke luar hal perkopian, namun biasanya tetap mengarah ke Indonesia.

"Barista tidak hanya dituntut menyajikan kopi dengan kualitas terbaik, namun juga bisa menceritakan asal muasal secangkir kopi hangat di tangan pelanggan," jelasnya.

Alista pun tidak sendirian dalam mendirikan kedai kopi ini, dirinya ditemani sang suami, Martin Ponti, seorang pria asal Swiss yang memang sudah 20 tahun menggeluti dunia kopi Indonesia. Selain menguasai kopi Indonesia luar dalam, dirinya pun lancar berbahasa Indonesia, lho.

"Saya pernah bekerja di perusahaan kopi di Indonesia, bagian quality control," ucapnya. Martin merupakan seorang pemegang sertifikasi Q Grade Expert, ahli kopi kasta paling tinggi.

"Swiss mampu menciptakan mesin kopi kelas dunia, namun umumnya mereka meminum kopi dari mesin full otomatis," ujarnya. Martin mengibaratkan jika di Indonesia seluruh rumah punya rice cooker, maka di Swiss seluruh rumah memiliki mesin kopi.

Baca Juga : Cokelat Asli Indonesia ini Mampu Bersaing di Tingkat Internasional!

Martin Ponti merupakan seorang pemegang sertifikasi Q Grade Expert, ahli kopi kasta tertinggi. (Kompas/Krisna Diantha)

Namun menurutnya agar kenikmatan secangkir kopi dapat diresapi, semua bahan harus diracik dengan seksama. Martin bahkan menimbang setiap serbuk kopi yang digerus, sebelum diseduh air panas, mengukur kadar susu, hingga bisa menciptakan cappucino yang manis tanpa menggunakan gula.

"Memang mesin kopi yang ada di rumah-rumah Swiss sekarang sudah bagus, semua sudah diukur otomatis. Namun kalau mau optimal ya harus tahu bagaimana meraciknya," jelas Martin.

Dirinya pun siap membagikan ilmunya bagi pelanggan yang ingin tahu lebih dalam tentang bagaimana meracik secangkir kopi.

"Saya akan memberikan kursus dair penikmat kopi amatiran, sampai menjadi barista profesional," katanya.

Martin bahkan sudah menyiapkan mulai dari mesin roasting kopi, hingga memasuki tahap akhir menjadi secangkir kopi. Mesin roasting kopinya pun buatan Bali dan dibawa langsung ke Swiss, jadi bukan hanya kopinya tapi mesin roastingnya pun juga dari Tanah Air.

Baca Juga : And.Or Cafe Roastery: Bisa Ngopi Sambil Belajar Bisnis!

Namun pandemi Covid-19 menimpa hampir seluruh sektor kehidupan bahkan juga menimpa Omnia Coffee. Imbasnya Martin dan Alista harus menerapkan coffee to go sehingga barista dan pelanggan tidak bisa berbincang terlalu lama.

Seluruh restoran atau cafe di Swiss yang buka pun hanya dapat melayani take away. "Begitu juga di sini, hanya bisa pesan dan dinikmati di luar," jelas Alista.

Produk kuliner khas Indonesia memang kurang berhasil di Swiss, khususnya di bidang gastronomi, tak sedikit restoran yang sempat berdiri namun tak bertahan lama dan bangkrut.

"Bisnis restoran dan sejenisnya bukan hal mudah di Swiss, apalagi sekarang ini ada lockdown," ujar Alista.

Namun wanita yang sudah berpengalaman bekerja di berbagai hotel bintang lima di Jakarta ini mengaku optimis dengan Omnia Coffe terlebih sejak melihat perkembangannya setelah dibuka selama sekitar tiga minggu ini. (Andrew)

Baru Dibuka

Glory Petshop - Alam Sutera

, Tangerang, Banten, 15143

Buka pukul 09:30 - 21:00 Tutup

Side.id - Media Kawasan Alam Sutera, BSD dan Gading Serpong

Merupakan media untuk memberikan rekomendasi tempat yang berdasarkan lokasi, rating, dan kategori yang diinginkan. Sudah punya usaha bisnis dan ingin menyampaikan profil bisnis Anda kepada pembaca setia? Daftarkan sekarang! Gratis!